Manfaat Vitamin D, Mineral Zinc dan Magnesium sebagai Immune Booster dalam Mencegah Perkembangan Infeksi COVID-19 di Era New Normal

0
aarrrr
Berbagi Informasi :

Oleh : 1) I Gusti Ayu Indira Ardeliani, 2) Komang Angelita Safira

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Hingga saat ini pandemi COVID-19 masih berlanjut di seluruh belahan dunia. Di Indonesia, pandemi COVID-19 telah berjalan lebih dari satu tahun. Mungkin kalian bertanya-tanya, kapan pandemi COVID-19 ini akan berakhir? Menurut Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom, pandemi COVID-19 masih jauh dari selesai, meskipun berbagai langkah telah ditempuh untuk mengatasi pandemi ini. Pencegahan utama dengan 5M yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi telah digalakkan dan terbukti sangat esensial dalam menekan laju perkembangan COVID-19. Sayangnya, kesadaran masyarakat yang rendah menyebabkan gerakan 5M tidak dapat terlaksana secara maksimal.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan obat maupun vaksin guna mengatasi virus ini. Beberapa vaksin telah terbukti memberikan manfaat dalam mempersiapkan sistem imun tubuh untuk mengatasi infeksi COVID-19. Hingga saat ini tidak kurang dari 780 juta vaksin telah diberikan secara global. Namun, pemberian vaksin bukanlah satu-satunya cara untuk menyiapkan sistem imun tubuh. Cara lain yang nampaknya terlupakan dalam meningkatkan sistem imun adalah dengan mengonsumsi vitamin dan mineral seperti vitamin D, zinc, dan magnesium. Tahukah kalian bagaimana vitamin D, zinc, dan magnesium dapat bermanfaat bagi imun tubuh? Makanan apakah yang mengandung zat tersebut dan berapakah angka kecukupan untuk dapat memberikan manfaat secara maksimal?

Vitamin D

Vitamin D disebut juga cholecalciferol (vitamin D3) atau ergocalciferol (vitamin D2), yang merupakan prekursor hormon yang berperan penting dalam mengatur metabolisme kalsium dan fosfat. Selain fungsinya pada homeostasis kalsium dan tulang, beberapa studi menyatakan bahwa vitamin D dapat meningkatkan imunitas sehingga berperan dalam pencegahan penyakit, khususnya infeksi pada saluran pernafasan [6].  

Vitamin D dapat mempengaruhi sistem imun dengan cara menekan proliferasi T-sel, produksi interleukin-2 (IL-2) dan interferon-γ. Vitamin D juga diduga berpengaruh dalam menurunkan proliferasi sel-B, sel plasma, dan produksi IgG. Di sisi lain, vitamin D juga dapat mengurangi respon inflamasi dengan cara berikatan pada protein angiotensin converting enzyme 2 (ACE-2), yang mana ACE-2 merupakan reseptor masuknya virus SARS-CoV-2 [12].

Sebuah studi yang melibatkan 10,933 partisipan dari 14 negara menunjukkan bahwa asupan vitamin D yang adekuat dapat menurunkan resiko acute respiratory tract infection dari 55% menjadi 40,5% [7]. Rendahnya kadar vitamin D di dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan risiko COVID-19 yang ditunjukkan oleh sebuah studi meta analisis pada tahun 2021. Namun sangat disayangkan prevalensi defisiensi vitamin D di Indonesia berada pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini dibuktikan oleh suatu penelitian yang menunjukkan bahwa 90% dari seluruh partisipan mengalami defisiensi vitamin D (kadar vitamin D <20 ng/mL) [10]. Nilai tersebut masih sangat jauh dari kebutuhan optimal vitamin D untuk memproteksi tubuh dari risiko COVID-19 yang berada pada kisaran 40–60 ng/mL (100–150 nmol/L). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2019 telah menetapkan rekomendasi asupan vitamin D harian sebesar 15µg/hari, maka untuk mencapai angka tersebut, setidaknya dibutuhkan konsumsi vitamin D3 sebesar 2000–5000 IU/hari [4].

Vitamin D dapat diperoleh dengan mudah melalui dua cara, yakni secara eksogen maupun endogen. Sumber vitamin D secara eksogen didapat dari makanan seperti ikan laut, telur, susu, mentega dan yoghurt serta suplemen vitamin D3 1000IU atau 5000IU. Sedangkan secara endogen, asupan vitamin D pada tubuh sebagian besar dihasilkan dengan bantuan sinar matahari. Sinar ultraviolet B (UV-B) dapat berperan besar dalam pembentukkan vitamin D bagi tubuh. Paparan selama 15-20 menit pada jam 09.00-11.00 pagi diyakini dapat mengahasilkan 250 µg vitamin D 10.000 IU [12].

Zinc

Zinc adalah mineral esensial yang berperan dalam aktivitas sel seperti pertumbuhan, diferensiasi, dan kelangsungan hidup sel itu sendiri. Di sisi lain, zinc merupakan salah satu mineral penting bagi imunitas manusia yang sayangnya masih jarang diketahui manfaatnya sehingga sering kali diabaikan. Kekurangan zinc menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kasus infeksi saluran pernapasan (ISPA) termasuk peningkatan risiko perburukan infeksi COVID-19. Sebuah penelitian di India menunjukkan bahwa 57,4% pasien COVID-19 menunjukkan kadar zinc yang lebih rendah (74,5 mg/dL) dibandingkan dengan pasien sehat (105,8 mg/dL) [5].

Setiap manusia membutuhkan zinc untuk mengaktifkan limfosit T (sel T) yang berperan penting dalam mengatur respon imun. Ketika tubuh kekurangan asupan zinc, tubuh lebih rentan terinfeksi virus penyebab penyakit. Zinc juga berpotensi meningkatkan aktivitas sitotoksik sel NK yang berperan dalam membunuh sel yang terinfeksi, sehingga mikroorganisme penyebab infeksi dapat dihancurkan melalui fagositosis oleh neutrofil dan makrofag. Zinc juga dapat menginduksi perkembangan sel T-reg, mengurangi perkembangan sel Th17 dan Th9 pro inflamasi, dan terlibat dalam produksi antibodi, terutama IgG sehingga berfungsi sebagai antiinflamasi [2].

Kebutuhan asupan zinc harian bagi tubuh adalah sebesar 11 mg/hari untuk laki-laki dewasa dan 9 mg/hari untuk perempuan dewasa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, zinc dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan seperti tiram, daging merah, ayam, kacang-kacangan, biji-bijian, gandum, maupun sediaan multivitamin dan mineral [3].

Magnesium

Mineral lain yang tidak kalah pentingnya dengan vitamin D dan zinc yaitu magnesium. Suplemen magnesium dianjurkan saat mengonsumsi suplemen vitamin D karena mampu mengaktifkan vitamin D guna mengatur homeostasis kalsium dan fosfat untuk mempengaruhi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang. Semua enzim yang memetabolisme vitamin D tampaknya membutuhkan magnesium, yang bertindak sebagai kofaktor dalam reaksi enzimatik di hati dan ginjal. Dosis magnesium yang dibutuhkan berada dalam kisaran 250-500 mg/hari [4].

Magnesium membantu tubuh untuk memperkuat sel NK dan limfosit serta sebagai sumber energi utama (ATP). Magnesium memiliki efek antihistamin, antiinflamasi, dan bronkodilatasi sehingga bermanfaat pada berbagai penyakit gangguan fungsi paru. Kadar magnesium yang rendah diduga menjadi salah satu penyebab meningkatnya kejadian penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Hal ini mendasari dugaan bahwa kekurangan asupan magnesium dapat memperburuk fungsi paru pada COVID-19 [3].

Kebutuhan asupan magnesium bagi tubuh yakni 400-420 mg per hari untuk laki-laki dewasa dan 310-320 mg per hari untuk perempuan dewasa. Pemenuhan asupan ini dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan seperti ikan, dark chocolate, yoghurt, alpukat, pisang, gandum maupun sediaan multivitamin dan mineral [8].

Berbagai zat di atas sebenarnya mudah dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang. Maka dari itu, selain melalui penerapan protokol kesehatan 5M dan vaksinasi, penting bagi kita untuk menjaga asupan nutrisi maupun suplemen lain sehingga dapat mengoptimalkan imunitas tubuh guna melawan berbagai virus terutama COVID-19.

REFERENSI

[1] Arshad, M. S., Khan, U., Sadiq, A., Khalid, W., Hussain, M., Yasmeen, A et al., 2020. Coronavirus disease (COVID-19) and immunity booster green foods: A mini review. Food Science and Nutrition. 8, 3971–3976.

[2] Brasiel, Poliana Guiomar de Almeida. 2020. The key role of zinc in elderly immunity: A possible approach in the COVID-19 crisis. Clinical Nutrition ESPEN. 38, 65-66

[3] Dickerman, B. dan Liu, J. 2011. Do the micronutrients zinc and magnesium play a role in adult depression?. Topics in Clinical Nutrition. 26, 257-267

[4] Grant, W.B., Lahore, H., McDonnell, S.L., Baggerly, C.A., French, C.B., Aliano, J.L et al., 2020. Evidence that Vitamin D Supplementation Could Reduce Risk of Influenza and COVID-19 Infections and Deaths. Nutrients. 12: 988, 1-19

[5] Jothimania, D., Kailasamb, E., Danielraja, S., Nallathambia, B., Ramachandrana, H., Sekar, P et al., 2020. COVID-19: Poor outcomes in patients with zinc deficiency. International Journal of Infectious Diseases. 100, 343-349

[6] Liu, N., Sun, J., Wang, J., Zhang, J., Zhao, M., Li, H. 2021. Low vitamin D status is associated with coronavirus disease 2019 outcomes: a systematic review and meta-analysis. International Journal of Infectious Diseases. 104, 58-64

[7] Martineau, A.R., Jolliffe, D.A., Hooper, R.L., Greenberg, L., Aloia, J.F., Bergman, P et al., 2017. Vitamin D supplementation to prevent acute respiratory tract  infections: systematic review and meta-analysis of individual  participant data. The BMJ Open. 356, 1-14

[8] Micke, O., Vormann, J. dan Kisters, K. 2020. Magnesium and COVID-19–Some Further Comments–A Commentary on Wallace TC. Combating COVID-19 and Building Immune Resilience: A Potential Role for Magnesium Nutrition?. Journal of the American College of Nutrition. 1-9

[9] Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia

[10] Pinzon, R.T., Angela., Pradana, A.W. 2020. Vitamin D deficiency among patients with COVID-19: case series and recent literature review. Tropical Medicine and Health. 48, 1-7

[11] Prasad, A. S. 2008. Zinc in human health: Effect of zinc on immune cells. Molecular Medicine. 14, 353-357

[12] Rengganis, I., Kekalih, A., Garna, D.R. 2019. Proporsi De­siensi Vitamin D pada Pasien Poliklinik Alergi dan Imunologi. Cermin Dunia Kedokteran Edisi 281. 46, 760-763

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *