Hari Kependudukan Dunia : BKKBN Sampaikan Dampak Pandemi Corona terhadap Program KB

Pandemi COVID-19 yang lebih dari setahun melanda dunia, bukan hanya berdampak pada kesehatan, akan tetapi juga mempengaruhi masyarakat dan perekonomian. Dampak pandemi juga berpengaruh terhadap program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
“Secara langsung ataupun tidak langsung. pandemi COVID-19 telah memberikan dampak terhadap berlangsungnya program yang menjadi mandat dari BKKBN yaitu pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana atau Program Bangga Kencana,” ujar Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis, Minggu (11/7/2021).
Hasto pun merinci dampak pandemi terhadap program BKKBN, di antaranya menurunnya pelayanan KB pada fasilitas kesehatan, mengingat dari sisi supply pelayanan, fokus tenaga kesehatan pada penanganan COVID-19. Sementara sisi demand atau permintaan dari masyarakat adalah perhitungan urgensi untuk mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB menurun.
“Selain itu, menurunnya kesertaan ber-KB pada masyarakat, terutama pada kelompok rentan (daerah kumuh, galcitas, masyarakat pra-sejahtera) yang menjadi penerima manfaat utama dari pelayanan yang diselenggarakan oleh BKKBN bersama dengan Kementerian Kesehatan,” ujarnya
Selanjutnya adalah rantai pasok alat dan obat kontrasepsi yang terganggu akibat kendala mobilitas petugas di lini lapangan. Terakhir adalah penurunan kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (balita dan anak, remaja, serta lanjut usia), serta kegiatan lain yang berbasis kelompok kegiatan di masyarakat akibat keterbatasan mobilitas masyarakat dan penerapan pembatasan kegiatan.
Oleh karena itu, kata dia, diperlukan evaluasi berbagai kebijakan yang selama ini telah dilaksanakan selama pandemi. Terutama kebijakan terkait pemenuhan hak kesehatan reproduksi, seperti akses layanan kesehatan bagi ibu hamil.
BKKBN mengantisipasinya dengan gerakan sejuta akseptor untuk mengatasi dampak pandemi bagi program KB. Sedangkan untuk vaksinasi COVID-19 anak dan ibu hamil BKKBN bekerja sama dengan instansi terkait, pemerintah daerah serta organisasi profesi terkait seperti IDAI, POGI, dan IBI.
“Jika hak tersebut tidak dipenuhi maka akan dapat berdampak pada kehamilannya, dan kemudian dapat menyebabkan anak yang dilahirkannya kelak menjadi stunting,” katanya.
Ia menyatakan, stunting dapat dicegah mulai dari hulu dengan memberi konseling pra-nikah dan memberi pemahaman tentang kesehatan reproduksi. Selain itu, menjaga jarak kehamilan juga menentukan kualitas anak.
“Perencanaan pra-nikah perlu ada edukasi tentang kesehatan reproduksi yang baik dan mempersiapkan kehamilan yang sehat. Pendekatan tersebut perlu dilakukan sejak dini, termasuk persiapan psikologi dan ekonomi,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut Hasto, pada Hari Kependudukan Dunia yang jatuh pada hari ini, pihaknya terus berusaha meningkatkan kesadaran tentang kebutuhan dan kerentanan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan dan anak perempuan.
“Untuk menyoroti bagaimana melindungi hak dan pilihan merupakan solusi terbaik atas perubahan demografi, dan memastikan bahwa pelayanan kesehatan seksual, kesehatan reproduksi dan otonomi tubuh tetap menjadi agenda lokal saat kita melihat ke arah 2030,” lanjutnya.
Selain itu, dalam rangka Hari Kependudukan Dunia, United Nation Population Fund (UNFPA) Indonesia dan BKKBN akan menyelenggarakan kampanye dan acara daring bertema ‘Pemenuhan Hak Kesehatan Reproduksi untuk Percepatan Penurunan Stunting’.
“Semoga momentum ini menjadi sebuah upaya untuk mensosialisasikan kebijakan pemerintah dalam penyediaan akses kesehatan reproduksi bagi ibu di masa pandemi COVID-19 dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak pandemi COVID-19 terhadap kehamilan dan stunting,” ungkap Hasto.
Sebelumnya, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, dalam pidatonya pada Peringatan HARGANAS ke-28, 29 Juni lalu berharap, pelayanan gizi dan kesehatan, terutama untuk anak dan ibu hamil, tidak terhenti selama pandemi COVID-19 ini. Sehingga program percepatan penurunan prevalensi stunting dapat dicapai.