Tips Menjaga Berat Kering, Bagi Pasien Gagal Ginjal

0
peran-terapi-Erythropoietin-
Berbagi Informasi :

Orang yang Anda sayang divonis penyakit gagal ginjal kronis (GGK)?. Jangan khawatir. Anda tidak sendiri. Banyak keluarga yang mengalami hal yang sama. Sebagian dari mereka berhasil mendampingi pasien selama belasan tahun, bahkan ada yang puluhan tahun. Sebagian yang lain gagal, karena pasien tidak bisa tertolong. Sedih banget kan kehilangan orang tersayang?.

Lalu bagaimana caranya menjadi pendamping terbaik bagi mereka? Ada salah satu hal yang penting untuk diperhatikan, yaitu menjaga berat kering. Pernah dengar?. Berat kering itu merupakan berat bersih tanpa tumpukan cairan. Jadi ginjal yang mengalami penurunan fungsi, tidak mampu lagi menyaring dan membuat cairan yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga sering kali pasien GGK menimbun cairan dalam tubuhnya. 

Penimbunan cairan juga dikarenakan pasien gagal ginjal tidak berkemih lagi. Pada tahun pertama, pasien biasanya masih bisa berkemih. Tapi lambat laun, kemampuan tubuh membuang cairan berkurang, bahkan hilang.

Bayangin deh, kita aja butuh beberapa kali berkemih dalam sehari. Trus, bagaimana rasanya kalau sudah tidak bisa berkemih lagi?. Perut begah, terasa penuh air, dan sudah pasti tidak nyaman.

Memang tidak ada satupun alat atau cara yang paling valid untuk memastikan berat kering. Tapi minimal kita bisa perkirakan pencapaiannya melalui observasi berat basah dan berat kering. Apa lagi tuh berat basah?. Berat basah itu kebalikannya berat kering. Jadi, berat basah itu berat dimana tubuh pasien masih ada tumpukan cairan.

Bingung?. Begini ilustrasinya. Pak Nanang adalah pasien GGK yang melakukan cuci darah dua kali seminggu, Senin dan Kamis. Pasca cuci darah di hari Senin, berat badannya 73 Kg. Nah, hari Selasa dan Rabu kan banyak cairan yang masuk melalui minuman, makanan berkuah, atau buah yang dimakan. Padahal Pak Nanang sudah tidak bisa berkemih lagi. Sehingga saat jadwal cuci darah berikutnya di hari Kamis, berat badan Pak Nanang menjadi 76 Kg. Ada kenaikan sekitar 3 Kg dari hari Senin ke hari Kamis.

73 Kg itu berat kering Pak Nanang dan 76 Kg itu berat basahnya. Proses cuci darah di hari Kamis harus bisa membuang cairan dan mengembalikan berat kering Pak Nanang. Jadi, berat badan Pak Nanang sepulang cuci darah di hari Kamis harus kembali lagi menjadi 73 Kg. Kalau tidak, maka akan terjadi penumpukan cairan. Dan ini sangat berbahaya.

Kalau kamu sayang mereka, bantu mereka membatasi asupan cairan yang masuk. Dengan menyediakan satu tempat minum yang ada ukuran volumenya, misalnya. Dengan begitu pasien tahu sudah berapa banyak air yang sudah masuk ke tubuhnya.

Kamu juga bisa menyediakan timbangan badan di rumah untuk memantau pertambahan berat tubuh karena cairan. Misalnya tiap hari kenaikan maksimalnya 1 Kg, tidak boleh lebih. Karena tubuh akan kesulitan mengeluarkan cairan yang terlalu banyak.

Berapa sih cairan yang bisa ditolerir tubuh untuk dikeluarkan di setiap proses cuci darah?. Biasanya tubuh hanya bisa mengeluarkan 5% cairan melalui mesin cuci darah. Jadi kalau berat kering seorang pasien 73 Kg, maka kenaikan berat badan yang aman adalah 5%*73 Kg yaitu 3.6 Kg. Jika kamu malas menghitung, ada kalkulator online yang menghitungkan berapa batas aman ditariknya cairan saat proses cuci darah.

Bagaimana?. Mudah kan?. Dengan begini kamu bisa mendampingi dan membantu orang-orang tersayang yang sakit GGK untuk tetap survive dengan keterbatasan fungsi ginjalnya.


*Ratna Juwita (Pendamping Pasien Gagal Ginjal Kronis)

Referensi : Ivan, A.W., et.all, 2017. Hidup dengan Hemodialisis, Fothel Group, Jakarta Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *