images
Berbagi Informasi :

Indonesia berpotensi mengalami gelombang ketiga COVID-19 pada akhir Desember 2021. Gelombang ketiga ini berpeluang besar terjadi jika banyak kegiatan yang mulai dibuka untuk umum tanpa ada protokol kesehatan dan skrining yang ketat.

Dicky Budiman selaku panel ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait COVID-19, mengatakan banyak faktor yang membuka peluang tersebut. Faktor utamanya adalah banyak kelompok masyarakat yang belum divaksinasi atau belum menjadi penyintas, sehingga antibodi belum terbentuk.

“Walaupun dalam prediksi lembaga AS (IHME) itu sudah mendekati 80 juta lah penduduk kita yang terinfeksi, ditambah dengan yang sudah divaksinasi menjadi katankanlah sudah 40 persen atau 50 persen,” kata Dicky kepada, Senin (18/10/2021).

Ia menyebut sekitar 50 persen penduduk Indonesia masuk ke dalam kelompok rawan COVID-19. Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia dianggap memungkinkan, pasalnya Singapura pun mengalami hal itu. Padahal menurut Dicky, cakupan vaksinasi di negara tetangga itu terbilang tinggi.

“Singapura aja itu 8 persen yang penduduknya belum divaksinasi penuh aja masih bisa meledak apalagi kita, jadi tu yang membuat kenapa potensi gelombang ketiga atau gelombang berikut itu menjadi tetap besar,” ungkapnya.

Antibodi menurun pasca 6 bulan
Beberapa studi tentang vaksin COVID-19 menyebut bahwa antibodi yang dihasilkan vaksin COVID-19 menurun setelah enam bulan vaksinasi. Mengenai hal ini, Dicky mengatakan penurunan antibodi vaksin berisiko memicu lonjakan kasus COVID-19.

“Walaupun tidaklah sama dengan yang belum divaksinasi, tapi mereka juga masuk dalam kelompok yang relatif rawan, ditambah lagi adanya balas dendam libur,” pungkas dia.

Batas aman pelonggaran
Terkait pelonggaran aktivitas, ia menyebut ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, transmisi penularan harus di level terendah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *