Medical Check Up yang Perlu Dilakukan Perempuan Sebelum dan Sesudah Menikah !

Pemeriksaan kesehatan pranikah belum begitu banyak dilakukan di Indonesia, namun jika Anda ingin melakukannya, pemeriksaan ini terdapat di beberapa klinik, rumah sakit, maupun laboraturium pemeriksaan kesehatan swasta. Biasanya pemeriksaan berfokus pada penyakit infeksi dan penyakit yang mempengaruhi kesehatan reproduksi, serta penyakit bawaan yang mungkin diturunkan.
Memeriksa kadar HBsAg ditujukan untuk melihat adanya infeksi hepatitis B akut atau kronis.
Selanjutnya pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, pemeriksaan gula darah, pemeriksaan tiroid, dan Torch yang baik dilakukan sebelum hamil maupun saat hamil.
“Termasuk mengenali kembali metode SADARI, yaitu periksa payudara sendiri, USG perut, dan pemeriksaan lain seperti mammografi bagi wanita diatas 40 tahun atau yang mempunyai faktor risiko tinggi seperti riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium,” jelas dokter yang berpraktik di Siloam Hospitals Bekasi Sepanjang Jaya.
Sedangkan, medical check up untuk perempuan yang sudah menikah pada umumnya serupa dengan perempuan yang belum menikah.
1. Berbagai pemeriksaan darah
Berupa pemeriksaan laju endap darah atau yang dikenal juga hematologi rutin (complete blood count) untuk mengetahui kesehatan individu secara umum dengan memeriksa komponen darah untuk mendeteksi kondisi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi, penanda sel darah tepi, tingkat hidrasi dan dehidrasi, polisitemia pada individu. Selain itu, pemeriksaan hematologi rutin juga bertujuan untuk mengetahui adanya risiko melahirkan keturunan dengan thalassemia dan hemofilia, namun juga perlu diperkuat dengan pemeriksaan hemoglobin HPLC, ferritin, dan badan inklusi HbH serta hematologi faal hemostasis.
2. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kecocokan rhesus dan efeknya terhadap ibu dan bayi. Jika calon pasangan memiliki rhesus yang berbeda, kemungkinan ibu akan mengandung anak dengan rhesus yang berbeda. Hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan anak dalam kandungan karena dapat merusak sel darah dan menyebabkan anemia dan organ dalam bayi.
3. Pemeriksaan kadar gula darah
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan kadar glukosa puasa untuk menentukan kondisi hiperglikemia seseorang. Hal diperlukan untuk mencegah dan penanganan dini dari komplikasi yang disebabkan oleh diabetes saat hamil.
4. Pemeriksaan urin
Dikenal juga dengan pemeriksaan urinalisa, untuk mendeteksi penyakit metabolik atau sistemik serta mendeteksi gangguan ginjal berdasarkan karaktertistik kimia (berat jenis, pH, leukosit esterase, nitrit, albumin, glukosa, keton, urobilinogen, biliubin, darah), sedimen mikroskopis (eritrosit, leukosit, silinder, epitel sel, bakteri, kristal), dan makroskopis (warna dan kejernihan).
5. Deteksi infeksi menular seksual
Dilakukan dengan uji VDRL atau RPR dengan menggunakan sampel darah. Keduanya berfungsi untuk mendeteksi antibodi yang bereaksi terhadap bakteri penyakit sifilis, Treponema pallidum. VDRL dapat menghasilkan hasil postif yang salah terhadap penyakit sifilis jika seseorang juga menderita beberapa penyakit infeksi seperti HIV, malaria, dan pneumonia saat pemeriksaan.
6. Deteksi infeksi hepatitis B
Hal ini dilakukan dengan deteksi penanda awal infeksi Hepatitis B. Bila HBsAg menetap dalam darah selama lebih dari 6 bulan, berarti telah terjadi infeksi kronis. Pemeriksaan HBsAg bertujuan untuk mencegah transmisi hepatitis B kepada pasangan melalui hubungan seksual, dan dampak buruknya kepada janin seperti cacat dan kematian akibat penularan kongenital selama kehamilan.
7. Deteksi penyakit penyebab kelainan selama masa kehamilan
Di antaranya penyakit yang disebabkan oleh kuman Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex (TORCH) berdasarkan aktivitas imunitas humoral IgG sebagai penanda infeksi. Infeksi akut TORCH pada saat hamil atau di atas 4 bulan sebelum hamil akan berisiko pada kehamilan berupa keguguran, bayi lahir prematur, dan dapat juga menyebabkan kelainan janin.
“Hanya saja dapat dilengkapi dengan papsmear dan pemeriksaan penyakit infeksi menular seksual,” pungkas dr. Monica.