Pentingnya “Vitamin D” bagi Kesehatan Pembuluh Darah !!

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) saat ini masih menduduki peringkat pertama sebagai penyebab dari sepertiga kematian global. Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa kematian pertahun akibat penyakit kardiovaskuler ini adalah sekitar 18.6 juta dan sebanyak 75% nya terjadi di negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah sampai menengah. Data dari penelitian global penyakit kardiovaskuler pada tahun 2019 menunjukkan bahwa penyebab kematian karena penyakit kardiovaskuler ini meliputi penyakit jantung hipertensi (6.2%), perdarahan otak (stroke) (15.5%), penyakit jantung coroner (49.2%) dan stroke iskemik (17.7%). Angka ini tergolong tinggi, dan ditambah lagi dengan terjadinya peningkatan angka kejadian dibeberapa negara yang sebelumnya sudah mulai menurun.
Bagaimana di Indonesia? Data dari Riskesdas juga menunjukkan trend yang meningkat untuk penyakit jantung, hipertensi, stroke dan diabetes di Indonesia sejak tahun 2007, 2013 dan 2018. Sebesar 39% dari kematian karena penyakit kardiovaskuler merupakan kematian dini, atau kurang dari 70 tahun. Hal ini tentunya sangat meresahkan, mengingat usia muda merupakan usia yang produktif dan masa keemasan dari seorang individu. Melihat tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit kardiovaskuler di Indonesia, maka upaya pencegahan terhadap terjadinya penyakit tersebut adalah sangat penting. Salah satunya adalah dengan memenuhi kecukupan/ kebutuhan vitamin D. Sejumlah penelitian menunjukkan peran penting vitamin D bagi kesehatan pembuluh darah. Kekurangan vitamin D juga berkaitan dengan berbagai penyakit metabolik dan kardiovaskuler.
Jejas pada sel endotel pembuluh darah
Lapisan dalam dinding pembuluh darah dilapisi oleh sel endotel yang berperan penting dalam memelihara fungsi utama pembuluh darah, yaitu memastikan darah dapat mengalir dengan lancar dalam saluran pembuluh darah sampai ke seluruh jaringan tubuh. Selain itu sel endotel juga berperan penting dalam memelihara fleksibilitas dinding pembuluh darah terhadap tekanan aliran darah yang berasal dari jantung. Pada sebagian besar penyakit kardiovaskuler, kerusakan dan atau gangguan fungsi endotel merupakan kejadian awal yang memicu terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler.
Sejumlah faktor dapat mempengaruhi fungsi dan kesehatan sel endotel. Berbagai kondisi seperti kadar kolesterol/lemak tinggi, kadar gula darah yang tinggi, obesitas, merokok, menyebabkan terjadinya jejas pada sel endotel. Selain itu tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus dan kronis juga dapat menyebabkan jejas pada endotel (gambar.1). Adanya jejas pada sel endotel pembuluh darah dapat memicu terjadinya proses pembentukan plak aterosklerosis yang berisi deposit kolesterol dan sel-sel inflamasi. Proses ini dapat terjadi secara kronis bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah gangguan fleksibilitas pembuluh darah yang dapat berakhir pada gagal jantung dan atau kematian.
Selain faktor yang dapat menimbulkan jejas pada endotel, terdapat pula sejumlah faktor yang dapat meningkatkan fungsi dan kesehatan endotel, seperti olahraga, makanan sehat (buah, sayuran), suplemen (vitamin, Zink), serta mengontrol berat badan.
Sumber dan kebutuhan vitamin D
Vitamin D merupakan vitamin larut lemak, yang terdapat dalam dua bentuk, yaitu: cholecalciferol (vitamin D3) dan ergocalciferol (vitamin D2). Vitamin D3 dapat dibuat dikulit sebagai respons terhadap paparan sinar UV-B, namun, hal tersebut tidak cukup karena kita tidak selalu terpapar sinar matahari dan juga mengingat efek samping paparan sinar matahari dalam waktu lama dan terus-menerus. Sedangkan vitamin D2 diproduksi oleh berbagai jenis jamur dan ragi. Baik vitamin D2 maupun D3 juga dapat diperoleh dari makanan. Sejumlah bahan makanan yang kaya akan vitamin D antara lain: susu, keju, ikan salmon, minyak ikan, jamur, sereal, berbagai jenis ikan, udang dan kuning telur.
Salah satu sumber vitamin D yang mudah dan murah adalah paparan sinar matahari, yaitu sinar ultraviolet B (UV-B). Namun perlu diperhatikan waktu dan lama paparan agar tidak menjadi bumerang yang justru akan merugikan. Untuk kita yang tinggal di Indonesia maka sinar matahari akan sangat berlimpah, namun beda daerah dapat berbeda pula paparan sinar matahariya, karena itu perlu diperhatikan indeks radiasi sinar UV tersebut. Dengan kemajuan teknologi smartphone, kita dapat menggunakan berbagai aplikasi perkiraan cuaca untuk melihat indeks sinar UV. Disana kita tinggal lihat UV index-nya, yaitu suatu ukuran terhadap radiasi sinar UV. Semakin besar indeks UV-nya maka semakin besar pula efek kerusakan yang dapat ditimbulkannya, terutama pada kulit dan mata, sehingga semakin sedikit waktu terpapar akan lebih baik. UV indeks yang ‘aman’ adalah sekitar 3-7, dengan resiko bahaya sedang sampai tinggi berdasarkan skala indeks UV WHO yaitu 0 sampai dengan 11. Selain indeks UV, factor lain yang juga berperan dalam perolehan akhir dari sinar UV adalah luas permukaan kulit yang terpapar dan lama/waktu paparan.
Setiap orang perlu mendapatkan asupan vitamin D3 dalam jumlah yang pas. Adapun kebutuhan vitamin D3 per hari untuk orang dewasa muda yaitu sebesar 600 IU sampai maksimal 800 IU. Sedangkan orang dengan kondisi tertentu seperti obesitas, gangguan kesehatan tulang, gangguan penyerapan vitamin D atau kalsium, lansia, dan orang dengan kondisi medis tertentu membutuhkan vitamin D lebih banyak.
Vitamin D dan pembuluh darah
Bentuk vitamin D dalam sirkulasi darah adalah 25-hydroxyvitamin D3 [25(OH)D3] yang disintesis di hati dan terikat pada protein pengikat vitamin-D, dan berperan sebagai pro-hormon. Ginjal dan beberapa organ lainnya dapat mengubah bentuk sirkulasi 25(OH)D3 menjadi bentuk hormon 1,25(OH)2D3 atau calcitriol dengan bantuan enzim 25-hydroxyvitamin D-1α-hydroxylase (CYP27B1). Calcitriol atau 1,25(OH)2D3 atau vitamin D3, merupakan bentuk aktif vitamin D dan berperan pada sebagian besar aktifitasnya. Selain itu Calcitriol juga mempunyai afinitas ikatan yang kuat dengan reseptor vitamin D (VDR). VDR ini terdapat pada sejumlah sel antara lain sel-sel pada sistem imun, sel tulang, sel otot, endotel dan sel otot polos pembuluh darah, sel otot jantung, sel lemak serta sel saraf.
Sejumlah penelitian menunjukkan peran penting Calcitriol pada pembuluh darah. Sel-sel endotel selain mengekspresikan reseptor vitamin D juga mempunyai enzim 1-α hydroxylase yang mampu menghasilkan 1,25(OH)2D3 (Calcitriol). Namun, kemampuan endotel ini sangat tergantung pada ketersediaan 25(OH)D dan bahan baku vitamin D dari makanan. Meningkatnya aktivasi VDR dengan adanya Calcitriol dapat menstimulus peningkatan vascular endothelial growth factor (VEGF), faktor yang diperlukan untuk berbagai fungsi endotel. Aktivasi VDR juga dapat meningkatkan ekspresi enzim antioksidan (CuZn superoxide dismutase) endotel yang akan melindunginya dari berbagai radikal bebas yang bersifat merusak. Vitamin D juga dapat menghambat sistem renin–angiotensin–aldosterone (RAAS) dan sekresi peptida natriuretic yang berperan pada peningkatan tekanan darah, sehingga dapat mencegah terjadinya hipertensi. Vitamin D juga memperbaiki kontraktilitas otot polos pembuluh darah, dengan meningkatkan kandungan kalsium intrasel, sehingga dapat mengatur tekanan darah dengan lebih baik.
Toksisitas vitamin D
Meskipun banyak penelitian menunjukkan manfaat vitamin D terutama D3 atau Calcitriol, namun dalam pemenuhan kebutuhan sehari-sehari, diperlukan pemantauan oleh dokter. Konsumsi berlebihan dari vitamin D dapat menyebabkan hipervitaminosis D atau intoksikasi. Gejala utama yang dapat membahayakan adalah terjadinya peningkatan kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia) yang dapat merusak sejumlah organ seperti jantung, pembuluh darah, dan ginjal, serta dapat meningkatkan kecenderungan untuk terbentuknya batu pada ginjal. Selain itu juga dilaporkan dapat menyebabkan kematian, kejadian kanker tertentu (payudara, pankreas dan prostat), serta jatuh dan atau patah tulang. Tanda dan gejala lain yang perlu diwaspadai antara lain berupa: mual, muntah, mulut kering, lidah berasa seperti ada rasa logam, sakit kepala, tidak bisa tidur serta gangguan irama jantung.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dosis vitamin D lebih dari 10.000 IU/ hari akan menghasilkan konsentrasi 25(OH)D dalam serum darah sebesar >150 ng/ml (>375 nmol/l). Kadar ini melebihi asupan yang dianjurkan oleh Institute of Medicine (IOM, Washington DC) dan juga oleh Persatuan Ahli Endokrin, yaitu sebesar 4.000 IU/ hari. Toksisitas kronik juga dapat terjadi pada konsumsi vitamin D sebesar 4.000 IU/ hari dalam jangka panjang (tahunan), yang dapat menyebabkan kadar 25(OH)D dalam darah pada rentang 50–150 ng/ml (125–375 nmol/l). Oleh karena itu konsumsi vitamin D dalam jangka lama (kronis) dan atau dosis tinggi, harus di bawah pantauan dokter, untuk keamanan dan menghindari toksisitas.
——————————————————————————————————————————–
Kontributor :
Dewi Sukmawati, MD., M.Kes., PhD.
Department of Histology
Faculty of Medicine Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya No.6 Jakarta 104310
Sumber
- https://world-heart-federation.org/resource/cardiovascular-disease-infographic/
- https://www.jacc.org/global-burden-cardiovascular-disease/east-asia
- Nicola Cosentino, Jeness Campodonico, Valentina Milazzo, Monica De Metrio, Marta Brambilla, Marina Camera, and Giancarlo Marenzi, Nutrients, 2021 (13): 3603, p1 – 14.
- Rinkoo Dalan, Huiling Liew, Wai Kit Alvin Tan, Daniel E.K. Chewa, Melvin Khee-Shing Leowa, IJC Metabolic & Endocrine, 2014 (4), p 4–17.
- Ewa Marcinowska-Suchowierska, Małgorzata Kupisz-Urbańska, Jacek Łukaszkiewicz, Paweł Płudowski, and Glenville Jones, Front Endocrinol (Lausanne), 2018; 9: 550, p1 – 7.