Ternyata KOPMAS Temukan Data Gizi Buruk dan Stunting Tidak Sesuai dengan Fakta Lapangan

0
2020_09_25-02_32_46_53d51a8ce7020b7cd1c0cfdba357b9ed_620x413_thumb
Berbagi Informasi :

Pemerintah menargetkan angka pravelensi stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024. Selain melalui kebijakan pemerintah, penurunan prevalensi stunting dan gizi buruk membutuhkan peran aktif masyarakat dalam hal pola hidup dan asuh anak, terutama para orang tua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anak.

Sekjen Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) Yuli Supriati mengatakan, permasalahan terjadinya gizi buruk salah satunya disebabkan oleh ekonomi atau kesejahteraan masyarakat yang masih rendah, serta minimnya edukasi atau pemahaman masyarakat terkait pentingnya mencukupi kebutuhan gizi anak terutama di masa seribu Hari Pertama Kelahiran (HPK)

“Kami menemukan laporan kasus stunting dan gizi buruk pada Dinas Kesehatan di beberapa daerah yang tidak sesuai dengan temuan kasus lapangan,” ujarnya saat mengisi Workshop Kesehatan ‘Menganalisis Tren Stunting dan Persoalan Sistematis Gizi Buruk’ secara daring.

Yuli memberi contoh, temuan KOPMAS di Kecamatan Stabat, Langkat, Sumatera Utara, hampir 70 persen anak di sana mengalami gizi buruk, mengarah ke stunting. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Langkat mengklaim daerah mereka tidak ada kasus stunting atau zero stunting dan zero gizi buruk.

“Data hanya sebatas angka dan tidak akurat dengan kondisi lapangan yang terjadi, sehingga tidak ada penanganan berkelanjutan”, ujar Yuli.

Ia juga menyoroti langkah pemerintah menangani stunting yang harus dilakukan secara terpadu dan sistematis. Selain pencegahan stunting yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah harus bersinergi dalam upaya mengambil langkah strategis agar angka prevalensi data stunting menurun.

“Pencegahan dari masyarakat juga harus dilakukan. Namun, saat bicara anak stunting, maka satu-satunya yang diperlukan adalah intervensi, campur tangan pemerintah, dan medis dalam memastikan anak mendapat booster gizi yang cukup”, tegas Yuli

Ia melanjutkan, pemenuhan asupan gizi yang optimal juga harus tepat pada peruntukannya. Menurutnya, penanganan khusus terhadap anak stunting dan gizi buruk perlu melihat kebutuhan dasar nutrisinya yang disesuaikan dengan kondisi sistem metabolismenya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *