Penyebab Tekanan Darah Tinggi, Bukan Hanya Dari Makan Daging : Berikut, Kenali Faktor Penyebab Lainnya !

Hipertensi, atau yang biasa kita sebut dengan tensi darah tinggi, adalah kondisi ketika tekanan darah sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan alat ukur yang disebut dengan sphygmomanometer. Pengukuran tekanan darah umumnya dapat dilakukan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, ataupun dilakukan di rumah dengan menggunakan sphygmomanometer portable.
Hipertensi kerap kali disebut sebagai silent killer. Hal ini disebabkan karena penderita hipertensi terkadang tidak mengalami keluhan tertentu sehingga tidak tahu bahwa dirinya mengalami hipertensi, tapi ternyata sudah mengalami komplikasi penyakit lainnya. Namun, gejala yang dapat dialami oleh penderita hipertensi adalah sakit kepala saat pagi hari, mimisan, detak jantung yang tidak teratur, dan telinga berdengung. Sedangkan pada penderita hipertensi berat, keluhan yang dialami berupa kelelahan, mual, muntah, kebingungan, gelisah, dada terasa nyeri, dan otot yang tremor. Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan dapat melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin.
Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder. Hipertensi esensial atau primer merupakan kondisi ketika penyebab hipertensi tidak diketahui. Umumnya kondisi ini dipengaruh oleh genetik, meskipun belum sepenuhnya diketahui. Sebagian besar penderita hipertensi (lebih dari 90%) termasuk ke dalam hipertensi esensial. Sementara itu, hipertensi sekunder adalah kebalikan dari hipertensi esensial yang berarti diketahui penyebabnya. Hipertensi ini dapat bersifat reversibel terhadap penyebab-penyebabnya seperti penyakit ginjal, tumor feokromositoma, sindrom cushing, kelainan pernapasan saat tidur, dan lain-lain (Joint National Committee, 2004).
Banyak masyarakat yang menyatakan bahwa konsumsi daging dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Namun, hipertensi merupakan penyakit yang bersifat multifaktorial atau memiliki banyak factor yang dapat menyebabkan kejadian hipertensi. Beberapa faktor penting penyebab hipertensi, yaitu:
Status Gizi Lebih (Kegemukan)
Kegemukan atau obesitas adalah keadaan ketika terjadi ketidakseimbangan antara jumlah asupan makanan dan pemanfaatannya atau pengeluaran energi yang diperoleh dari makanan. Hal ini menyebabkan ukuran tubuh menjadi berlebih karena terdapat akumulasi zat gizi berlebih di dalam tubuh. Sisa asupan zat gizi yang melebihi kebutuhan akan disimpan sebagai cadangan energi dan dapat disimpan dalam bentuk lemak di dalam tubuh (Par’i, Wiyono and Harjatmo, 2017).
Pengukuran IMT, pengukuran lingkar perut juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah kita termasuk obesitas atau tidak. Hal ini dikarenakan lingkar perut menunjukkan lemak yang terkandung di sekitar perut. Kandungan lemak ini akan menunjukkan jika terdapat gangguan dalam sistem metabolism tubuh. Nilai lingkar perut yang normal bagi pria adalah kurang dari 90 cm, sedangkan pada wanita adalah kurang dari 80 cm (World Health Organization Regional Office for The Western Pacific, 2000). Oleh sebab itu, jika lingkar perut seseorang lebih dari angka tersebut, maka individu tersebut tergolong obesitas dan berisiko untuk mengalami hipertensi.
Asupan Makanan Asin
Makanan asin adalah makanan dengan kadar natrium tinggi. Pada dasarnya, tubuh manusia membutuhkan natrium untuk dapat menjaga kesimbangan cairan tubuh. Namun, asupan natrium yang berlebih dapat menyebabkan air tertahan dalam tubuh dan aliran pembuluh darah meningkat (Grillo et al., 2019). Dalam sehari, batasan asupan natrium yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) adalah sebesar 2.400mg atau setara dengan 1 sendok teh garam.
Secara natural, daging mengandung natrium di dalamnya. Namun, natrium dalam daging tidak seberapa ketika dibandingkan dengan kadar natrium yang terkandung dalam bumbu-bumbu instan yang sering digunakan di dalam masakan berbahan dasar daging. Beberapa contoh makanan tinggi natrium, yaitu garam, bumbu instant (kecap, kecap asin, saus teriyaki, saus tiram, dll), makanan kaleng, frozen food (sosis, bakso, smoked beef), mie instan, dsb. Masyarakat, khususnya penderita hipertensi, perlu memerhatikan jumlah asupan makanan tersebut agar terhindar dari hipertensi atau tidak memperparah kondisi hipertensi dan komplikasi lebih jauh.
Asupan Makanan Berlemak
Lipid, atau biasa dikenal sebagai lemak, merupakan salah satu zat gizi yang digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Lipid memiliki dua jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh ini dibagi berdasarkan ikatannya, yaitu asam lemak tidak jenuh tunggal atau Mono-Unsaturated Fatty Acid (MUFA) dan asam lemak tidak jenuh jamak atau Poli-Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Kedua asam lemak tidak jenuh inilah yang dianggap bernilai gizi lebih baik dibandingkan asam lemak jenuh karena memiliki efek berupa antioksidan. Produk dengan kandungan omega-3 dan omega-6 yang sering kita jumpai di pasaran merupakan salah satu bentuk dari PUFA.
Asupan asam lemak jenuh yang tidak berlebihan dan asupan asam lemak tidak jenuh yang memadai dapat memberikan efek berupa penurunan tekanan darah (Gultom et al., 2016). Hal ini dikarenakan asupan lemak jenuh yang berlebih dapat memberikan efek negatif terhadap kesehatan, salah satunya adalah hipertensi. Asupan lemak hewani, seperti daging sapi, bebek, dsb, cenderung mengandung lemak jenuh sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Terlebih lagi jika pengolahan makanan tersebut dengan menggunakan banyak minyak seperti digoreng. Selain menyebabkan kegemukan, asupan lemak yang berlebihan ini akan menimbulkan penumpukan plak-plak di dalam darah sehingga pembuluh darah menyempit dan tekanan darah meningkat.
Masyarakat, khususnya penderita hipertensi, dianjurkan untuk mengurangi asupan asam lemak jenuh, meningkatkan asupan asam lemak tidak jenuh (MUFA dan PUFA), dan memerharikan cara pengolahan makanan. Contoh bahan makanan yang merupakan sumber MUFA dan PUFA adalah alpukat, ikan tuna, minyak zaitun, minyak canola, kacang-kacangan, dan biji-bijian lainnya. Sementara itu, cara pengolahan yang dianjurkan adalah dikukus, direbus, atau dipanggang dengan minyak sedikit.
Kurang Asupan Sayur dan Buah
Sayur dan buah mengandung serat yang dapat membantu menurunkan kolesterol, berat badan, dan tekanan darah. Selain itu, sayur dan buah juga mengandung magnesium dan kalium. Kedua zat tersebut dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkan natrium dan air yang tertahan dalam tubuh. Contoh sayur dan buah yang tinggi kandungan serat, kalium, dan magnesium adalah pisang, jambu biji, alpukat, bayam, dan tomat.
Kurang Aktivitas Fisik
Seseorang yang jarang melaukan aktivitas fisik berpotensi untuk mengalami kegemukan dan hipertensi. Orang yang tidak aktif secara fisik akan berpengaruh terhadap peningkatan frekuensi denyut jantung. Hal ini menyebabkan otot jantung harus bekerja lebih ekstra dalam melakukan kontraksi. Oleh sebab itu, masyarakat dihimbau untuk melakukan aktivitas fisik selama 30 menit sehari atau 150 menit per minggu untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit.
Selain itu, aktivitas fisik tidak hanya sebatas dilakukan di pusat kebugaran. Namun, aktivitas dapat dilakukan dimana saja dengan waktu yang fleksibel.
Beberapa alternatif aktivitas fisik yang dapat dilakukan di berbagai situasi dan tempat adalah:
- Di rumah: menyapu lantai, mencuci pakaian, berkebun, dan mengasuh serta bermain dengan anak
- Di tempat kerja: lebih sering menggunakan tangga dibandingkan lift, senam bersama, bermain bulu tangkis dengan rekan kerja, melakukan peregangan di sela-sela pekerjaan, dan bersepeda ke tempat kerja
- Di tempat umum: banyak berjalan, bermain atau melakukan kegiatan outdoor lainnya
Merokok
Menurut Kementerian Kesehatan RI, jumlah perokok di Indonesia mengalami peningkatan 8,8 juta orang selama 10 tahun terakhir hingga menjadi 69,1 juta perokok. Pengguna perokok elektrik pun kian meningkat hingga 10 kali lipat menjadi 3% pada tahun 2021 (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Banyak orang beranggapan bahwa rokok elektrik merupakan alternatif dari rokok tembakau pada umumnya, padahal keduanya mengandung senyawa berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan berbagai penyakit seperti hipertensi. Kandungan pada rokok menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah dan penyempitan pembuluh darah.
Pengaturan gizi perlu dilakukan oleh penderita hipertensi karena banyaknya faktor gizi yang dapat memengaruhi tekanan darah. Penderita hipertensi perlu melakukan modifikasi terhadap pola makan sehari-hari untuk dapat menjaga tekanan darah tetap normal dan stabil. Konsultasi masalah gizi kepada nutritionist atau dietitian adalah langkah yang tepat untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan keluhan anda.
Kontributor : Azizah Nur Inayah, S.Gz. (Mahasiswa Profesi Dietisien Universitas Esa Unggul)
DAFTAR PUSTAKA
- Grillo, A. et al. 2019. ‘Sodium Intake and Hypertension’. Nutrients, 11(9), pp. 116.
- Gultom, I. L., Aritonang, E. Y. and Sudaryati, E. 2016. ‘Hubungan Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun tahun 2016’. Gizi, Kesehatan Reproduksi, 2(1), pp. 1–10.
- Joint National Committee 2004. The seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.
- Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan RI.
- Par’i, H. M., Wiyono, S. and Harjatmo, T. P. 2017. Penilaian status gizi. 1st edn. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.